Benarkah Perubahan Iklim Juga Mengancam Populasi Paus dan Lumba-Lumba?

Perubahan iklim menjadi salah satu tantangan yang kita hadapi. Pengaruh dari perubahan iklim ini bukan hanya merugikan manusia, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup fauna, salah satunya adalah paus dan lumba-lumba. Baca Juga: Penyebab Cuaca Ekstrem perubahan iklim

Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Habitat Mamalia di Laut 

Peneliti di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) meneliti sekitar 100 spesies mamalia laut Amerika dan menghasilkan lebih dari 70% dari spesies tersebut rentan terhadap ancaman kehilangan habitat dan makanan akibat pemanasan air laut. Berdasarkan informasi dari penelitian yang dipublikasikan di jurnal PLUS ONE, para Ilmuwan meneliti bagaimana cara Amerika Serikat mengelola paus dan lumba-lumba untuk beradaptasi di era perubahan iklim. “Seiring perubahan iklim, kita sudah melihat beberapa dampaknya, dan beberapa populasi mamalia laut kita lebih rentan terhadap perubahan tersebut dibandingkan populasi lainnya,” ungkap Lettrich, salah satu ahli Biologi dan Penulis Utama laporan penelitian tersebut. Banyak ilmuwan mengatakan hilangnya populasi paus sikat yang hidup di lepas pantai New England pada musim panas, menjadi rentan karena perubahan ketersediaan makanan yang disebabkan oleh pemanasan air laut akibat perubahan iklim. Laura Ganley, seorang Peneliti di Anderson Cabot Center for Ocean Life di New England Aquarium di Boston mengatakan bahwa perubahan iklim juga dapat mempengaruhi distribusi dan perilaku mamalia laut. Baca Juga: Perubahan Iklim: Faktor dan Dampaknya

Apa Dampaknya Terhadap Mamalia di Laut?

Salah satu dampak terhadap kelangsungan hidup mamalia terutama paus adalah menyusutnya ukuran tubuh paus. Ditemukan bahwa panjang paus abu-abu Samudera Pasifik menyusut hingga 13% sejak tahun 2000. Ini membuktikan bahwa perubahan iklim dan aktivitas manusia lain telah membuat ukuran mamalia laut mengecil. Beberapa pengaruh dengan mengecilnya ukuran mamalia adalah tingkat kelangsungan hidup dan keberhasilan reproduksi, yang juga akan memicu efek riak di seluruh rantai makanan mamalia. “Sekarang kita tahu bahwa ukuran tubuh mereka telah menyusut selama 20 hingga 40 tahun terakhir, yang mungkin merupakan tanda peringatan dini bahwa populasinya berisiko menurun,” kata Asisten Profesor di Universitas Negeri Oregon, Kevin Bierlich, salah satu penulis makalah penelitian ini di Global Change Biology, dikutip dari The Straits Times pada Jumat (14/6). Hasil analisis drone yang diambil tahun 2016 hingga 2022 dari 130 paus yang usianya diperkirakan atau diketahui, ilmuwan menemukan satu hal, yaitu seekor paus abu-abu yang lahir di tahun 2020 kemungkinan memiliki panjang 1.65 meter lebih kecil dibanding paus yang lahir di tahun 2000. Penurunan ini lebih terlihat pada betina, yang secara historis memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan jantan, namun saat ini sudah sebanding. “Secara umum, ukuran sangat penting bagi hewan. Hal ini mempengaruhi perilaku mereka, fisiologi mereka, sejarah hidup mereka, dan memiliki efek yang berkelanjutan bagi satwa dan komunitas tempat mereka berada,” ungkap Dr Enrico Pirotta, seorang Peneliti di University of St Andrews di Skotlandia.

Bagaimana Cara Mengurangi Dampak Perubahan Iklim? 

Sebagai salah satu mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim di dunia, pada Perjanjian Paris mengamanatkan pelaksanaan Nationally Determined Contribution (NDC), menetapkan target pengendalian gas rumah kaca. Target Indonesia di dalam NDC adalah menurunkan emisi GRK sebesar 29% sampai 41% dengan bantuan internasional. Faktanya, sektor limbah terutama sampah memberikan kontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca dalam bentuk emisi metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Untuk itu, salah satu bentuk kontribusi kita pada pengurangan gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim ini adalah dengan mengelola sampah atau limbah yang kita hasilkan dengan benar. Perlu diingat bahwa limbah B3 tidak boleh dikelola secara sembarangan dan wajib ada perizinan dan regulasi khusus. PT Wastec International melayani pengelolaan limbah B3 dari berbagai industri dan menyediakan jasa pengangkutan, pengumpulan, sampai dengan pengolahan untuk berbagai limbah B3 medis dan industri mulai dari fase solid, liquid, dan sludge. Berpengalaman selama 20 tahun dalam bidang jasa pengelolaan limbah B3 di Indonesia dan telah melayani ribuan perusahaan multinasional, korporasi, pemerintahan, hingga layanan kesehatan. Didukung dengan fasilitas pengolahan limbah yang lengkap dan tenaga ahli yang berkompeten, PT Wastec International membantu mewujudkan Indonesia yang asri dan sehat.
Picture of Author

Author