Krisis Pangan dan Perubahan Iklim

Krisis pangan merupakan masalah yang telah lama menghantui kesejahteraan manusia. Ketika masyarakat di berbagai belahan dunia menghadapi keterbatasan akses terhadap makanan yang cukup dan bergizi, perhatian terhadap penyebab-penyebab krisis pangan menjadi semakin mendesak. Baca Juga: Penyebab Deforestasi yang Perlu Diketahui krisis pangan

Ancaman Krisis Pangan Global 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut ancaman krisis pangan dunia semakin nyata, beliau mengatakan bahwa Indonesia harus memiliki strategi yang besar dan matang agar pangan Indonesia bisa mandiri. “Kita tahu ancaman krisis pangan global, ancaman krisis pangan dunia betul-betul nyata sudah terjadi,” kata Jokowi usai Groundbreaking PSN Kawasan Industri Pupuk Fakfak, Kamis (23/11/2023). Kemudian, Dwikorita, Kepala BMKG menyampaikan ancaman krisis pangan pada akhirnya dapat merembet dan berdampak pada krisis lainnya termasuk ekonomi politik, sehingga akan mengganggu stabilitas dan keamanan negara. Angka orang terdampak kelaparan tersebut menurut FAO nyaris tidak berubah sejak 2015, bahkan porsi nya mengalami lonjakan pada 2020 dan terus meningkat pada 2021, menjadi 9,8 persen dari populasi dunia. Sementara 11,7 persen dari populasi global (924 juta) mengalami kerawanan pangan pada tingkat parah, selama dua tahun terakhir terjadi peningkatan sebesar 207 juta. Baca Juga: Pestisida dan Limbah B3 yang Dihasilkan

Krisis Pangan dan Perubahan Iklim

Berdasarkan catatan dari World Meteorological Organization (WMO), tahun 2023 mencapai rekor dengan temperatur tertinggi sepanjang tahun. Kondisi heartwave (gelombang panas) yang terjadi di banyak tempat secara bersamaan tidak pernah terjadi sebelumnya. Juni sampai dengan Agustus menjadi tiga bulan terpanas sepanjang sejarah, kemudian bulan Juli 2023 menjadi bulan yang paling panas. Fakta ini menjadikan tahun 2023 berpotensi menjadi tahun terpanas sepanjang pencatatan iklim, mengalahkan tahun 2016 dan tahun 2022. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan, “Perubahan iklim yang terjadi saat ini membawa dampak serius bagi perekonomian seluruh negara, tanpa terkecuali, termasuk dalam hal ketahanan pangan. Apabila situasi ini terus dibiarkan, maka Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi tahun 2050 mendatang dunia akan menghadapi krisis pangan”. Di Indonesia sendiri, peristiwa gagal panen akibat cuaca ekstrim sering ditemukan. Salah satunya seperti kasus embun beku di Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua yang menyebabkan lahan pertanian rusak dan gagal panen. Perubahan iklim ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya:
  1. Efek gas rumah kaca
  2. Pemanasan global
  3. Kerusakan lapisan ozon
  4. Kerusakan fungsi hutan
  5. Penggunaan cholofluorocarbon yang tidak terkontrol
  6. Gas buang industri

Kelola Limbah B3 Secara Profesional Bersama Wastec International 

PT Wastec International melayani pengelolaan limbah B3 dari berbagai industri dan menyediakan jasa pengangkutan, pengolahan dan pengumpulan untuk berbagai limbah B3 industri dan dapat mengolah hampir semua fase jenis limbah, mulai dari fase solid, liquid, dan sludge. Wastec International berpengalaman lebih dari 15 tahun dalam bidang penyedia jasa pengolahan limbah B3 di Indonesia dan telah melayani ribuan perusahaan multinasional, korporasi, pemerintahan, hingga layanan kesehatan. Dengan fasilitas pengolahan limbah yang lengkap, Wastec International membantu mewujudkan Indonesia yang bersih dan sehat.
Picture of Author

Author